Jumat, 14 Oktober 2011

Bercinta Dengan Teman Suami

Aku dan Sintia telah bersahabat sejak masi duduk di bangku sekolah, kebetulan Sintia dan aku selalu sekolah di tempat yang sama sejak SD. Denmgan demikian perilaku sex kami hampir sama, sama2 suka dengan lelaki yang usia yang jauh lebih tua. Malah Sintia setelah selesai sekolah, dinikahi oleh salah satu "penggemarnya", om Roy. Aku memanggilnya om karena memang usia si om jaug lebi tua dari Sintia dan aku. Sintia sih hepi2 aja dinikahi oleh si om karena toh si om statusnya sudah bujang lagi ketika nikah dengan Sintia, sehingga tidak ada istilah ngerebut suami orang.

Sintia kemudian diboyong suaminya ke Medan karena si om kerja di bidang agrobisnis dan sering berada di site bisnis agronya di daerah Rantau Prapat, 5-6 jam perjalanan darat dari Medan. Setelah Sintia ke medan aku jarang sekali kontak dengan dia. Sampe suatu ketika aku ditugaskan ke Medan area, kebetulan nomer hp Sintia masih ada di address book hp ku walaupun gak pernah aku kontak, demikian juga dia gak pernah ngontak aku. Aku ditugaskan dalam rangka membantu promosi produk baru perusahaan. Karena tugasku di Medan cuma 1 hari, aku mengajukan cuti sehari lagi supaya bisa bernostalgia dengan Sintia, sehingga aku pulangnya besok sorenya, flight terakhir.


Aku kontak Sintia, mengabarkan bahwa aku lagi tugas di Medan. Dia antusias sekali mendengar kabar dariku. Kebetulan dia baru saja melahirkan anak pertamanya, sehingga sementara dia tinggal bersama mertua, katanya sih mo berguru ma ibu mertua bagaimana ngurus bayi. Kalo ngurus bapaknya si sudah ahli sejak masi sekolah. Dia bilang ke aku supaya mempercepat kerjaanku sehingga bisa ngumpul ma dia di rumah mertuanya. Karena baru melahirkan aku paham kalo Sintia gak bisa nemeni aku jalan2 menikmati dugem di Medan. Ya gak masalah, kebetulan kerjaanku selesai sekitar makan siang. Segera aku kontak Sintia minta alamat mertua. Kata temen2ku di kantor, letak rumah mertuanya gak jauh dari lokasi kantor, aku disuru temenku naek becak aja. Becak medan beda dengan becak yang pernah beroprasi di pulau Jawa, karena ditempel ke sepeda motor. Fun juga dah lama gak naek becak, trus becaknya unuk lagi.

Wah seru juga ketemu ma Sintia, aku dijamu makan siang di rumahnya terus berceloteh tentang masa lalu kami berdua, tentu aja mertuanya tidak nguping, kalo gak ketauan semua belangnya Sintia sebelum nikah ma anaknya. Sampe menjelang sore, aku nanya ma Sintia hotel murah deket rumahnya. Dia bilang tidur ja di rumahknya semalem, cuma sendirian karena suaminya masi di Rantau prapat, besok baru pulang. aku ok ja, lumayan menghemat biaya hotel, lagian pasti maka malam dijamu lagi ma mertua Sintia. Demikian kami terus saja bercanda ria sambil membantu Sintia ngurus bayinya. "Kamu gak pengen punya anak Nes", tanya Sintia. "Trus bikinnya ma siapa, gak da bapaknya tuh". "Ya comot ja penggemar yang kamu paling suka buat dijadiin suami". "Gengsi atuh, masak prempuan ngelamar lelaki. Kan kamu tau, tu om om maunya cuma nikmati aku aja, kaya kamu gak gitu dulu". Sintia cima tertawa aja. Terus aku nanya tentang suaminya, dia bilang puas banget ma suaminya, kontolnya gede panjang dan maennya lama banget, sampe Sintia slalu terkapar duluan.

Belum pernah dia ketemu lelaki sekuat suaminya. "asyik dong kamu, tiap malem dong". "Sekarang ya enggaklah, puasa dia lah, udah sebulan lebih, kan aku dah hamil tua, dkarang baru ngelahirin, puasa lagi dialah sebulan lagi". "wah bisa jadi odol tuh. Di rantauprapat apa gak turun mesin dianya". "Gak tau deh, selama aku gak tau ya biar ajah. Aku si dah sms dia ngasi tau kamu ada di Medan dan besok pulang". Demikianlah kami ngobrol dan becanda terus sampe waktunya di bayi tidur dan Sintia kudu nemeni bayinya tidur.

Aku pamit untuk tidur di rumah Sintia, Aku dikasi kunci rumahnya. Dengan becak, aku menuju rumah Sintia. Rumahnya gak besar sih, tapi cukuplah buat keluarga baru, kamarnya ada 3, salah satu kamar tamu yang boleh aku tempati, letaknya paling depan berhadapan dengan ruang tamu. Kamar mandinya cuma ada diluar, ya gak apa. Setelah aku sampe segera aku mandi karena aku dah capek seharian kerja trus becanda ma Sintia dan bayinya, palagi perut dah kenyang, tinggal ngantuknya ja. Abis mandi, aku santai sebentar liat tv dan kembali kantuk menyerangku. Karena udahara rada panas, aku tidur hanya mengenakan cd aja, toh dirumah gak ada siapa2. Pintu kamar juga gak aku tutup supaya gak terlalu panas, gak ada ac nya sih. Segera aku terlelap.

Tengah malam aku terbangun karena merasa ada yang meraba2 tubuhku, aku membuka mataku dan melihat si om, suami Sintia sedang duduk dipinggir ranjang dan mengelus2 toketku. Aku kaget, "Om, ngapain?" "Lagi ngelus kamu, kamu sexy banget deh Nes". "Om jangan dong, om kan suami Sintia, masa napsu ma Ines juga". "Siapa suru kamu tidur 3/4 tlanjang gini, ya napsulah aku, lagian aku dah sekian lama puasa. Layani napsuku ya Nes". Dia mulai meremas toketku. "Janganlah om", tapi dia menutup perlawananku denga mengulum bibirku sembari terus meremas2 tyoketku. Napsuku bangkit juga diremas kayak gitu, kebayang crita Sintia tentang kontolnya yang besar panjang dan maennya yang lama. Cuma masi inget bahwa dia suami Sintia, aku masi berusaha untuk menolak badanku. "Om janganlah". Tapi si om gak perduli, dia malah menjilati telinga dan leherku, pentilku mulai di plintir2 dan mulai mengeraslah pentilku. "om, geliiii", aku menggeliat. "Tapi suka kan", katanya lagi, dia mengkombinasi meremes toketku dan memlintir pentilku. "Toket kamu lebi kenceng dari Sintia punya deh Nes, asik diremesnya", katanya sembari menciumi leherku. aku makin menggelinjang karena ulahnya.

"Ih, om kok jadi genit sih", jawabku mulai manja karena napsuku mulai bangkit juga diremes kayak gitu. .Dia mulai mengelus pahaku, kubiarkannya mengelus makin ke atas dan berhenti di pangkal pahaku. Kakiku direnggangkannya sehingga dia bisa mengkases selangkanganku yang sudah basah karena cairan nonokku, merembes di cdku. "Dah basah gini Nes, dah napsun juga kan kamu". "Om si nakal", jawabku makin manja. aku sengaja merengangkan pahaku, jembutku yang lebat menyeruak di kiri dan kanan CD serta sedikit dibagian atas CDnya. "Jembut kamu lebat ya Nes, napsu kamu pasti besar ya. Aku suka ngen tot dengan cewek yang jembutnya lebat", katanya dengan napas memburu. "Kenapa begitu om?" "Kalo cewek jembutnya lebat, minta nambah terus kalo dientot, binal dan gak puas", jawabnya. "Itu bukan binal om, tapi menikmati", jawabku. "itu sudah tau, kok tadi nanya". Aku hanya tersenyum saja. Jarinya mulai mengelus pangkal pahaku dan daerah nonokku. Aku menggeliat, geli. Dia bangkit dan berlutut didepanku. Pahaku diciumi bergantian, sambil diremas2. Pahaku terbuka makin lebar sehingga dia makin mudah mengakses daerah nonokku. Dia langsung memelukku. Diciumi nya toketku sambil diremas2. Pentillu diemut, digencet dengan gigi dan lidahnya. Makin lama makin kuat emutannya dan makin luas daerah toketku yang diemut. Napsuku makin berkobar2. Aku sudah lupa bahwa dia suami Sintia, abis dianya si pinter banget ngerangsang napsuku, lagian aku jadi pengen ngerasain kontolnya yang gede panjang kluar masuk nonokku. Dia membenamkan wajahnya di belahan toketku, kemudian bergerak kebawah pelan2 mengarah ke perut. Puserku dijilati. Aku menggelinjang karena kegelian. napsuku terus makin berkobar saja. Dia memeluk pinggulku dengan gemas, kecupannya terus turun ke arah CDku, dia menjilati jembut yang keluar dari samping CDku, kemudian diciumnya daerah nonokku dengan kuat. CDku sudah basah sekali karena napsuku yang sudah berkobar. "Kamu udah napsu ya Nes, CD kamu sudah basah begini", katanya sambil tersenyum. Dia kliatannya senang bisa merangsang napsuku sehingga aku jadi pasrah saja dengan tindakannya.

Dia bangkit dan melepaskan semua yang melekat dibadannya. kontolnya sudah
ngaceng dengan keras, besar dan panjang. Aku terbelalak melihatnya, "Gede banget om". "Mangnya kamu blon pernah ngerasain kon tol gede ya" "Yang segede om punya belon om, pasti nikmat ya om. Sintia bilang dia sallu terkapar kalo om entotin". "Trus kamu mau kan aku entotin? Aku hanya menggangguk napsu. Dia menjepitkan kontolnya di belahan toketku, dan digerakkan maju mundur. Aku membantu dengan mengepitkan kedua toketku menjepit kontolnya. Lama2 gerakan maju mundurnya makin cepat, dia jadi merem melek keenakan, "baru dijepit toket aja udah nikmat Nes, apalagi kalo dijepit nonokmu ya". Napasku juga sudah memburu, selama ini aku menahan saja napsuku dan membiarkan dia menggeluti sekujur tubuhku. "Nes, enak banget deh", katanya tersengal2. Kemudian dia berhenti, kontolnya terus saja digesek2kan di toketku sambil terus meremas2nya. Gesekan kontolnya terus kearah perut, sesekali digesekkan ke lubang pusarku. Kembali aku menggelinjang kegelian.

Cerita Dewasa - Akhirnya, dia melepas CDku. Jembutku yang lebat menutupi sekitar nonokku Aku mengangkangkan pahaku makin lebar. Jembutku disingkapnya dan nampaklah nonokku yang sudah basah sekali. Dia menggenggam kontolnya dan digesek2kan ke jembutku, kemudian kuarahkan ke nonokku. kontolnya yang keras dan besar menyeruak diantara bibir nonokku. "Om, gede banget kontolnya, masukin semua om, Ines udah pengen dientot", rengekku. Dia menggetarkan kontolnya sambil dimasukkan sedikit demi sedikit ke nonokku. Sekarang kepalanya sudah terjepit di nonokku. Aku menjadi belingsatan karena lambatnya proses memasukkan kontolnya, padahal aku udah pengen dienjot keluar masuk dengan keras. "Ayo dong om, masukin semua, enjot om, Ines udah gak tahan nih", kembali aku merengek minta dienjot. Dia hanya tersenyum saja. Pelan tapi pasti kontolnya ambles ke dalam nonokku, sudah masuk separo. Aku menggerakkan otot nonokku meremas2 kontolnya, dia terpancing untuk menancapkan kontolnya semuanya ke dalam nonokku. "Duh om, nikmatnya, kon tol om udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget. no nok Ines sampe sesek rasanya", kataku. "Tapi enakkan'', jawabnya. "Banget, sekarang dienjot yang keras om, biar tambah nikmat?, kataku lagi. Masih dengan pelan2 dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Sewaktu keluar, yang tersisa di nonokku hanya tinggal kepalanya saja, kemudian dienjotkan kedalam sekaligus sehingga nancap di bagian nonokku yang paling dalam. "Enak om, kalo dienjot seperti itu, yang cepat om", rengekku lagi sambil terus mengejang2kan otot nonokku. Dia pun menjadi belingsatan karena remasan otot nonokku sehingga enjotannya menjadi makin cepat dan makin keras. "Gitu om, aduh enak banget deh om, terus om, terasa banget gesekan kon tol pm kenonok Ines, nancepnya dalem banget lagi, terus om, yang cepat", kataku terengah2 keenakan. Dia mempercepat enjotan kontolnya, caranya masih sama, ditarik tinggal kepalanya saja dan terus dienjotkan kembali kedalam dengan keras. itu membuat aku menjadi liar, pantatku menggelinjang saking nikmatnya dan aku terus merintih kenikmatan sampai akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama, "Om, Ines nyampe om", jeritku.

Dia masih bertahan juga dengan terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cara tadi. Nikmat sekali rasanya. Sampe akhirnya, dia menarik kontolnya keluar dari nonokku. Kembali dia menggeser dan menjepitkan kontolnya yang berlumuran dengan lendir dari nonokku di toketku. Aku menjepit kontolnya dengan toketku dan dia menggerakkan maju mundur. Karena panjangnya, ketika ketika dia mendorong kontolnya maju, kepalanya menyelip kedalam mulutku, diemut sebentar sebelum dia memundurkan kontolnya lagi, berulang2. "Nes, nikmat banget, aku mau ngecret dimulutmu ya Nes", katanya sambil terus memaju mundurkan kontolnya. "Kenapa gak dingecretin dinonok Ines aja om, Ines lagi gak subur kok", jawabku."Nanti ronde kedua", jawabnya sambil dengan cepet memaju mundurkan kontolnya. Toketku makin keras dijepitkan ke kontol. Akhirnya dia mendorong kontolnya masuk ke mulutku, segera kuemutnya dengan keras. "Nes, aku ngecret Nes", teriaknya sambil mengecretkan pejumua kedalam mulutnya. Aku segera menggenggam kontolnya dengan tanganku, kukocok pelan sambil terus mengemut kepalanya. Pejunya nyemprot beberapa kali sampe habis, banyak banget ngecretnya sampe meleleh keluar dari mulutku. Aku menelan pejunya tanpa merasa jijik.

"Aduh Nes, nikmat banget ya ngen tot sama kamu. Memekmu lebi berasa empotannya katimbang memeknya Sintia. Kamu nikmat kan", katanya terengah. "Nikmat mas, Ines mau lagi dientot", jawabku lemes. Aku sudah gak kepikiran bahwa tang ngentotin aku sekarang tu suaminya Sintia. Setelah nafsuku menurun, kontolnya mengecil. "Om, lemes aja kontolnya udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget", kataku. "Tapi kamu suka kan", jawabnya. "Suka banget om. Ines suka kalo dientot kon tol yang besar panjang seperti punya om". "Kamu udah sering dientot ya Nes, kayaknya kamu udah pengalaman". "Ines cuma sering dientot cowok Ines aja om, kontolnya tapi gak segede kon tol om. Dientot 0m jauh lebih nikmat", jawabku memuji. Dia memelukku dan mencium pipiku. "Kita istirahat dulu ya Nes, kalo udah seger kita ngen tot lagi", karena lemes abis ngen tot akupun tertidur dipelukannya.

Cukup lama aku tertidur. Ketika dia bangun, hari sudah agak terang. Aku keluar dari kamar, masih bertelanjang bulat. "Kamu tidur nyenyak sekali, cape ya. Kamu mau makan apa nanti aku buatin", katanya. "Terserah om aja", jawabku. "Ines mandi dulu ya om". Aku kembali kekamar mandi, dia membuatkan aku sereal dan roti panggang. Selesai mandi, aku mengenakan bra dan CD yang lain lagi, tapi tetep minim dan sexy. "Kok cepet om"a. "Cuma nyiapin sereal ma roti panggang ya cepetlah. Kalo rotinya kurang nanti aku buatin lagi sayang". "Ih om genit, kalo ke Sintia pasti manggilnya sayang juga kan". Dia tersenyum. aku melahap makanan yang dia sudah siapkan. Roti panggangnya cukup banyak sehingga aku bisa makan sampe kenyang. Polesan roti panggangnya selain mentega, juga ada selei, madu, peanut butter. "Kamu pagi2 gini sudahmerangsang banget, Nes. Memangnya daleman kamu seksi semua kaya begini ya. Asik dong cowok kamu. Tapi ngeliat caranya kamu ngempot, kamu gak cuma ngen tot dengan cowok kamu deh", jawabnya. "Biar om napsu terus, katanya masih mau ronde kedua", jawabku sambil mengambil sepotong roti panggang. Sambil makan, kita ngobrol ngalor ngidul. "Selain Sintia, om ngentotin siapa lagi?" "he he, ya adalah, abis kalo di rantau prapat kan sendirian, ada disana ttm ku". "Bukan abege dong". "Ya bukanlah, mana ada abege bispak disana, tetangga messku aja". "Wah asik dong, berapa kali maennya ma ttm om", tanyaku lagi. "Sampe 4 kali, sampe dia lemes banget", jawabnya. "Wah om kuat banget, Ines dien tot 4 kali juga ya om". "Iya, makan dululah sampe kenyang biar ada tenaga buat ngeladenin aku. Gak tau waktunya cukup gak buat maen 3 ronde lagi, kan aku bilang ke Sintia tengah ari pulang. Aku mandi dulu ya", dia masuk kamar mandi. Gak apalah kalo gak nyampe 4 ronde, yang penting aku udah dibikin terkapar saking nikmatnya dienjot kon tol segede dam sepanjang kontolnya.

Aku duduk disofa sambil nonton TV. Gak lama kemudian dia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek. Dia duduk disampingku dan memelukku. "Gak dingin Nes cuma pake daleman", tanyanya. "Kan ada om yang ngangetin", jawabku manja. Dia mempererat rangkulannya pada bahuku. Bibirku segera dilumat dengan penuh napsu. Aku meladeni ciumannya dengan penuh napsu juga, napsuku sudah mulai bangkit lagi. Dia makin erat memelukku, tangan kirinya meremas pinggangku. Kemudian ciumannya beralih ke leherku. "Geli om", kataku sambil menengadahkan kepala sehingga dia makin leluasa menciumi leherku. Tangan kanannya mulai meremas toketku yang masih dibungkus dengan bra, tak lama kemudian braku dilepaskannya sehingga dia lebih leluasa meremas toket dan memlintir pentilku. Pentilku sudah menegang dengan keras, napsuku makin memuncak. Puas dengan leherku, dia turun lagi ke belahan toketku, ke2 toketku diremas2. Dia menciumi belahan toketku, kemudian ciumannya merembet ke pentilku dan diemut dengan gemas, sementara tangannya masih terus meremas2 toketku. "Geli om", erangku keenakan. Emutannya makin keras, dan remasannya juga makin kuat. Pentil yang satu diplintir dengan jempol dan telunjuk. "Om, geli", rengekku lagi. Tapi dia tidak memperdulikannya, terus saja diremas dan diplintir. Napsuku sudah memuncak, aku menggeliat2 keenakan, nonokku sudah basah dengan sendirinya dan menyerap di CD tipisku. aku tidak mau kalah. kontolnya kuremas dari luar celana pendeknya. Sudah ngaceng, keras sekali. Celana pendeknya kulepas dan kontolnya langsung tegak, besar, panjang dan keras sekali. "Om gedenya, pantes kalo sudah masuk no nok Ines jadi sesek banget rasanya", kataku sambil meremas2 kontolnya. "Om, terusin diranjang yuk", ajakku. "Udah napsu ya Nes", jawabnya sambil bangkit kekamar bersamaku.

Dikamar dia memelukku dari belakang, sambil menciumi leher dan telingaku sampai aku menggelinjang kegelian, toketku kembali diremas2. kontolnya keras menekan pantatku. Segera, CDku dipelorotin dan aku ditarik keranjang. Dia berbaring disebelahku yang sudah telentang. Kembali jempol dan telunjuknya memlintir2 pentilku yang sudah mengeras karena napsu sambil menciumi leherku lagi. aku menjadi menggeliat2 kegelian. Ciumannya kemudian pindah ke bibirku, dilumatnya bibirku dengan penuh napsu. Aku menyambut ciumannya dengan tak kalah napsunya. Dia menindihku, mencium kembali leherku, kontolnya yang keras menggesek2 pahaku. Puas dengan leher, dia kembali menyerang toketku.

Dia menciumi belahan toketku dan kemudian mengemut pentilku. Pentilku
dikulum2 dan dimainkan dengan lidah. "Om, geli", kataku melenguh, tapi dia tidak
perduli. Dia terus saja mengulum pentilku yang mengeras sambil meremas toketku. Dia melakukannya bergantian antara toket kiri dan kanan sementara kontolnya terus saja digesek2kan ke pahaku, aku mengangkangkan pahaku. Dia kembali menciumi leherku dan mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku. Diputar2nya kepala kontolnya dijembutku yang lebat. Aku sudah gak tahan, segera kuraih kontolnya sambil mengangkangkan paha lebih lebar lagi. "Om, gedenya, keras banget", kataku mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku.

Diapun menggetarkan kontolnya sehingga kepalanya mulai menyelinap masuk ke
nonokku. Kepalanya sudah terbenam didalam nonokku. Terasa kontolnya yang besar mulai mengisi nonokku pelan2, nikmat banget rasanya. "Terus masukin om, enak banget deh", erangku keenakan. Tapi dia melambatkan gerakan kontolnya, hanya digerakkan sangat pelan, sehingga hanya kepalanya saja yang menancap. "Om terusin dong, masukin semuanya biar sesek no nok Ines, ayo dong om", protesku. Tapi dia tetep melakukan hal yang sama sambil menciumi ketekku. "Geli, om, ayo dong dimasukin semua kontolnya", rengekku terus. Tiba2 dia menghentakkan kontolnya dengan keras sehingga kontolnya meluncur kedalam nonokku, amblas semuanya. "Akh, om" erangku kaget. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya yang besar dan panjang itu menancap semuanya di nonokku. Kemudian mulailah dienjot, mula2 perlahan, makin lama makin cepat kontolnya keluar masuk nonokku. "Enak Nes", tanyanya sambil terus mengenjot nonokku. "banget om, kon tol om kan besar, panjang dan keras banget. no nok Ines sesek rasanya keisi kon tol om. Gesekannya terasa banget di no nok Ines. Untung banget ya Sintia tiap malem bisa ngerasain nikmat kaya gini". dengan penuh semangat dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk.

Cerita Seks - Kemudian dia merubah posisi tanpa mencabut kontolnya dari nonokku. Kakiku diangkat satu keatas dan dia merebahkan diri miring. Enjotan kon tol terus dilakukannya, dengan posisi itu terasa kontolnya masuk lebih dalem lagi dan gesekannya lebih hebat lagi ke nonokku. Dia terus mengenjotkan kontolnya, sementara kedua toketku diremas2 bergantian. Pentilku juga diplintir2 perlahan. Nikmat banget rasanya ngen tot seperti itu, "enak om", erangku. Enjotannya makin lama makin cepet dan keras. "terus om, enak banget", erangku untuk kesekian kalinya. "Om nikmat gak?" tanyanya. "banget juga Nes, empotan nonokmu kerasa sekali, kontolnya serasa diremes dan diisep, lebih nikmat dari emutan mulutmu", jawabnya sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. "Terus om, lebih keras om, Ines hampir nyampe", erangku lagi. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, makin cepat. Aku merintih2 keenakan, akhirnya aku tidak bisa menahan lebih lama, "Om, Ines nyampe, akh", terasa nonokku berkedut2 meremas kontolnya yang masih keras sekali itu. Tubuhku mengejang.

Dia menghentikan enjotannya dan menurunkan kakikua. Aku terbaring mengangkang dengan kontolnya yang masih menancap di nonokku, dia kembali ke posisi semula: menelungkup diatasku. "Om, lemes banget deh", lenguhku. "Tapi enak kan", jawabnya. "Enak banget om, terusin aja om, kan om belum ngecret", jawabku terengah2. "Om, hebat banget deh ngentotnya, belum pernah Ines dientot dengan gaya seperti tadi, enak banget om", kataku lagi. Dia kembali mendekapku dan kontolnya mulai dienjotkan lagi keluar masuk nonokku, perlahan. Aku mulai mengedut2kan otot nonokku meremas kontolnya yang sedang bergerak keluar masuk nonokku. Dia melumat bibirku, satu tangannya meremas2 toketku sedang tangan satunya lagi menyangga badannya. Pentilku juga diplintir2, napsuku mulai bangkit lagi. "Enak om, terus yang kenceng ngenjotnya om", erangku. Sambil terus melumat bibirku, enjotan kontolmya dipercepat. Dia menyelipkan kedua tangannya kepunggungku. Aku pun memeluk dan mengusap2 punggungnya yang basah karena keringat. kontolnya makin cepat dienjotkan. Setiap kali masuk kontolnya dienjotkan dengan keras sehingga nancep dalem sekali di nonokku, makin lama makin cepet. "Nes, nonokmu enak banget, empotan nonokmu kenceng banget Nes", erangnya. "Om, terus om, hebat banget deh om ini, Ines sudah mau nyampe lagi, yang cepet om", akhirnya kembali aku mengejang sambil melenguh "Om, Ines nyampe, om?"

Dia terus saja mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat sampe akhirnya diapun mengejang sambil menancapkan kontolnya sedalam2nya di nonokku, "Nes, aku ngecret", bersamaan dengan itu terasa pejunya nyemprot dengan dahsyatnya dalam nonokku. Nikmat banget rasanya walaupun sekarang lebih lemes katimbang tadi malem. Beberapa saat kami terdiam, saling berpelukan menikmati permainan yang baru usai. Dia menciumi leherku, dan aku mengusap2 punggungnya. Nikmat banget ngen tot dengan dia. "Om, nikmat ya om, coba Ines bisa tiap malem dientot om", kataku pelan. "Kudu jadi istruku dong Nes, mau gak jadi istri kedua". "Nanti nyakitin Sintia om, dia kan temenku sejak dulu". Dia tidak menjawab, kemudian dia mencabut kontolnya yang sudah mengecil dari nonokku, kontolnya berlumuran peju dan cairan nonokku. "Aku ngantuk lagi Nes, tidur yuk", katanya sambil berbaring disebelahku, tak lama kemudian akupun terlelap lagi. Lemes, cape tapi nikmat banget.

Aku terbangun karena hp berdering, Sintia yang call, "Baru bangun ya, nyenyak amir bobonya". "Iya nih, capek kali ya kemaren seharian kerja trus maen ma anak kamu". Boong banget ya aku, padahal capek semaleman dienjot terus ma suaminya, terasa dikit guilty feeling sih. "Ya udah, mandi terus ketempatku, siang ini suamiku pulang, kita bisa makan bareng terus anter kamu ke airport deh". Yup", jawabku singkt. Terpaksa kenikmatan berakhir, padahal baru dientot 2 ronde, apa bole buat, yang punya suami dah kasi instruksi. Si om aku bangunkan, aku kasi tau kalo Sintia sudah call. "Kapan2 deh Nes, kalo ada kesempatan kita ngentot lagi, aku juga puas banget bisa ngecret di memekmu. Makasi ya kamu dah bantu aku nyalurin napsuku". "NTar malem giliran ngentotin Sintia dong ya om". Dia cuma tersenyum. aku beberes, kemudian meninggalkan si om, naik becak lagi kerumah Sintia. Si om bilang rada siangan dia baru ke rumah ibunya, seakan2 dia baru pulang dari Rantauprapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar